selamat berkunjung....

Menu

Tugas Blog III : Motivasi dan Proses Kognitif



MOTIVASI DAN PROSES KOGNITIF

Ø Apa itu motivasi ?
            Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.
Ø Perspektif tentang motivasi
            Perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula.
1.       Perspektif behavioral
Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid. Insentif yang dipakai guru di kelas antara lain nilai yang baik, yang memberikan indikasi tentang kualitas pekerjaan murid, dan tanda bintang atau pujian jika mereka menyelesaikan suatu tugas dengan baik.
Contohnya : Lily mendapatkan nilai baik di sekolah, dalam upaya sebagai ganjaran,   guru pun melakukan insentif dikelas antara lain mengumumkan namanya sebagai siswi dengan nilai terbaik dan Lily pun merasa termotivasi dengan hal itu.


2.      Perspektif Humanistis
Perspektif Humanistis menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka dan kualitas positif (seperti peka terhadap orang lain). Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.

Menurut hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan individual harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut.

3.       Perspektif kognitif
Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Belakangan ini muncul minat besar pada motivasi menurut perspektif kognitif. Minat ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka (persepsi tentang sebab-sebab kesuksesam dan kegagalan, terutama persepsi bahwa usaha adalah faktor penting dalam prestasi), keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif.  Perspektif kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan R. W. White, yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisisen .
Contonya : Seorang anak yang memilikipandanga yang luas akan sebuah kesuksesan dari pandangan tersebut sianak akhirnya ia memiliki dorongan yang kuat atau motivasi untuk mencapai kesuksesan yang ia idamkan.

4.      Perspektif sosial
Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Murid sekolah yang punya hubungan yang penuh perhatian dan suportif biasanya memiliki sikap akademik yang lebih positif dan lebih senang bersekolah.
Contohnya : Seorang anak memilih berteman dengan orang yang lebih baik dari dia sehingga dia pun memiliki motivasi agar sama atau setara baiknya dengan temannya tersebut.

Ø Motivasi Untuk Meraih Sesuatu
Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik
*      Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencpai tujuan).
Contohnya : Murid mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang diatas rata-rata(memuaskan).
*      Motivasi Intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri(tujuan itu sendiri).
Contohnya : Murid belajar di malam hari untuk menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang akan diujiankan besoknya.
Murid termotivasi untuk belajar saat mereka diberi pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan mendapatkan imbalan yang mengandung nilai informasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol.  Pujian juga bisa memperkuat motivasi intrinsik murid. 




Sumber : Santrock, Jhon W.2004.Psikologi Pendidikan Edisi Ketiga.Jakarta:Prenadamedia Group.


Tugas Blog II : Belajar



Haii...                                                                                                                                                           Di sore hari yang cerah ini aku mau bagikan sedikit informasi dan ilmu yang berbau cerah-cerah juga buat kalian semua. Hehehe... Nah, jika sebelumnya aku udah memposting topik tentang psikologi pendidikan dan ruang lingkupnya, kali ini aku bakal memposting sebuah topik tentang "Belajar" yang sudah diajarkan oleh dosen saya Ibu Fasti Rola, M.Psi., psikolog. Seperti yang kita tahu guys, hidup tanpa belajar sama aja kayak pintu tanpa kunci. Coba bayangkan kalo pintu rumah kita ga ada kunci atau pengaman nya , semua barang-barang kita bakal hilang gitu aja dan apa yang udah kita dapetin bakal sia-sia. Gitu juga guys hidup tanpa belajar.  Kita ga bakal tahu apa-apa tentang dunia ini, pemikiran kita juga bakal sempit dan hidup kita akan berakhir sia-sia terlindas oleh zaman. Itulah kenapa hari ini aku mau posting  tentang belajar supaya teman-teman semua semakin termotivasi untuk belajar apapun itu yang bermanfaat buat hidup kalian. Okay guys. . . langsung aja kita mulai ya
Pendekatan Behavioral dan Kognitif Sosial
Ø Apa itu pembelajaran ?
            Pembelajaran (learning) dapat didefinisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir, yang diperolah melalui pengalaman.
Ø Pendekatan Untuk Pembelajaran
          Behaviorisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Proses mental didefinisikan oleh psikolog sebagai pikiran, perasaan, dan motif yang kita alami namun tidak bisa dilihat oleh orang lain.
          Kognitif . Empat pendekatan kognitif utama untuk pembelajaran terdiri dari : Kognitif sosial, pemrosesan informasi kognitif, konstruktivis kognitif, dan konstruktivis sosial.

Ø Pendekatan Behavioral Untuk Pembelajaran
            Pengondisian Klasik adalah tipe pembelajaran di mana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Tipe pembelajaran ini diperkenalkan oleh seorang psikolog asal Rusia, Ivan Pavlov. Untuk memahami teori pengondisian klasik kita harus memahami dua tipe stimuli dan dua tipe respon; unconditioned stimulus (US), unconditioned response (UR), conditioned stimulus (CS), dan conditioned response (CR).
Unconditioned stimulus (US) adalah sebuah stimulus yang secara otomatis menghasilkan respons tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu. Dalam eksperimen Pavlov, makanan adalah US. Unconditioned response (UR) adalah respons yang tidak dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh US. Dalam eksperimen Pavlov, air liur anjing yang merespons makanan adalah UR. Sebuah conditioned stimulus (CS) adalah stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan conditioned response setelah diasosiasikan dengan US. Di antara stimuli yang terkondisi dalam eksperimen Pavlov, adalah beberapa penglihatan dan suara yang terjadi sebelum anjing menyantap makanan . Conditioned response (CR) adalah respons yang dipelajari,yakni respons terhadap stimulus yang terkondisikan yang muncul setelah terjadi pasangan US-CS.

          Pengondisian Operan adalah sebentuk pembelajaran di mana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi. Arsitek utama dari pengondisian operan adalah B.F Skinner, yang pandangannya didasarkan pada pandangan E.L Thorndike.
a.       Hukum efek Thorndike
Hukum efek Thorndike menyatakan bahwa perilaku yang di ikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil negatif akan diperlemah. 

b.      Pengondisian Operan Skinner
Penguatan dan hukuman.
            Penguatan (imbalan) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitis bahwa suatu perilaku akan terjadi.
            Hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Suatu penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Dalam penguatan positif, frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung. Dalam penguatan negatif, frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan .
  
Generalisasi, diskriminasi, dan pelenyapan.
Generalisasi adalah tendensi dari suatu stimulus yang sama dengan conditioned stimulus untuk menghasilkan respons yang sama terhadap conditioned response. Artinya, generalisasi dalam pengondisian operan berarti memberikan respons yang sama terhadap stimuli yang sama.
Perlu pula diingat bahwa, diskrimasi berarti merespons stimuli tertentu tapi tidak merespons stimuli lainnya. Diskriminasi dalam pengondisian operan berarti pembedaan di antara stimuli dan kejadian lingkungan.
Dalam pengomdisian operan, pelenyapan (extinction) terjadi ketika respons penguat sebelumnya tidak lagi diperkuat dan responnya menurun.

Ø Analisis Perilaku Terapan Dalam Pendidikan
*      Apa itu analisis perilaku terapan ?
                        Analisis perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengondisian operan                        untuk mengubah perilaku manusia.
*      Meningkatkan Perilaku yang Diharapkan
1.       Memilih penguat yang Efektif.
2.      Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu.
3.      Memilih jadwal penguatan terbaik.
4.      Menggunakan perjanjian.
5.      Menggunakan penguatan negatif secara efektif.
6.      Menggunakan prompt dan shaping
Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan respons itu akan terjadi.
Shaping adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku yang mirip dengan perilaku sasaran.
*      Mengurangi Perilaku yang Tidak Diharapkan
1.       Menggunakan penguatan diferensial.
2.      Menghentikan penguatan (pelenyapan).
3.      Menghilangkan stimuli yang diinginkan.
4.      Memberikan stimuli yang tidak disukai (hukuman).

Ø Teori Kognitif Sosial Bandura
Teori kognitif sosial menyatakn bahwa faktor sosial dan kognitif, dan juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Albert Bandura merupakan salah satu arsitek utama teori kognitif sosial. Dia mengatakan bahwa ketika murid belajar, mereka dapat merepresentasikan atau mentransformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan model determinisme resiprokal yang terdiri dari tiga faktor utama : Perilaku, person/kognitif, dan lingkungan. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura pada masa belakangan ini adalah self-efficacy, yakni keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan menghasilkan hasil positif. Bandura mengatakan, bahwa self-efficacy berpengaruh besar terhadap perilaku.

Ø Pembelajaran Observasional
            Pembelajaran observasional, juga dinamakan imitasi atau modeling, adalah pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain.
          Model Pembelajaran Observasional Kontemporer Bandura
1.       Atensi. Sebelum murid dapat meniru tindakan model, mereka harus memerhatikan apa yang dilakukan atau dikatakan si model.
2.      Retensi. Untuk mereproduksi tindakan model, murid harus mengodekan informasi dan menyimpannya dalam ingatan (memori) sehingga informasi itu bisa di ambil kembali
3.      Produksi. Belajar, berlatih, dan berusaha dapat membantu murid untuk meningkatkan kinerja motor anak.
4.      Motivasi. Anak sering memerhatikan apa yang dikatakan atau dilakukan model, menyimpan informasi dalam memori, dan memiliki kemampuan gerak untuk menirukan tindakan model, dan memiliki kemampuan gerak untuk menirukan tindakan model, namun tidak termotivasi untuk melakukannya. Akan tetapi, anak akan melakukan apa yang dilakukan model (menirukan) setelah diberi insentif(penguat).

Tugas Blog I : Psikologi Pendidikan dan Ruang Lingkupnya



Hai teman-teman...
Disiang hari ini aku mau memposting buat kalian semua tentang apasih psikologi pendidikan itu. Postingan ini juga sebagai salah satu tugas di mata kuliah Psikologi Pendidikan yang mengharuskan setiap mahasiswa/i yang mengambil mata kuliah ini untuk memposting resume pelajaran sebanyak 3 postingan sebelum dan sesudah UTS. Postinganku kali ini, akan menjelaskan kepada teman-teman semua tentang psikologi pendidikan serta ruang lingkupnya, dan ini merupakan topik pertama yang kupelajari semester ini di mata kuliah psikologi pendidikan yang dibawakan oleh Ibu Sri Supriyantini, M.Si, psikolog . Okayy langsung saja kita mulai yaa.

SELAYANG PANDANG PSIKOLOGI PENDIDIKAN
          Psikologi pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkup pendidikan.

HISTORIS
          Bidang psikologi pendidikan didirikan oleh beberapa perintis bidang psikologi sebelum awal abad ke 20. Tiga perintis terkemuka yang muncul di awal sejarah psikologi pendidikan.
1.    William James
James pernah mengatakan bahwa eksperimen psikologi di laboratorium sering kali tidak bisa menjelaskan kepada kita bagaimana cara mengajar anak secara efektif. Salah satu rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk memperluas cakrawala pemikiran anak.
2.    John Dewey
Tokoh kedua yang berperan besar dalam membentuk psikologi pendidikan adalah John Dewey. Dia menjadi motor penggerak untuk mengaplikasikan psikologi di tingkat praktis. Beberapa ide penting yang dapat yang bisa kita dapat dari John Dewey adalah : Pertama, dari Dewey kita mendapatkan pandangan tentang anak sebagai pembelajar yang aktif. Kedua, kita mendapatkan ide bahwa pendidikan seharusnya difokuskan pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Ketiga, dari Dewey kita mendapat gagasan bahwa semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang selayaknya.
3.    E.L Thorndike
Perintis ketiga adalah E.L Thorndike. Thorndike berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yang paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran anak. Thorndike mengajukan gagasab bahwa psikologi pendidikan harus mempunyai basis ilmiah dan harus berfokus pada pengukuran.
Cara mengajar yang efektif
          Seorang guru harus bisa menguasai beragam perspektif dan strategi, dan harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel. Hal ini membutuhkan dua hal utama : 1. Pengetahuan dan keahlian profesional, dan 2. Komitmen dan motivasi. 
 Pengetahuan dan Keahlian Profesional
          Guru yang efektif menguasai materi pelajaran dan keahlian atau keterampilan yang baik. Mereka tahu bagaimana memotivasi, berkomunikasi, dan berhubungan secara efektif dengan murid-murid dari latar belakang kultural yang berbeda.
Penguasaan Materi Pelajaran
          Guru yang efektif haruslah berpengetahuan, fleksibel, dan memahami materi. Guru juga harus tahu dasar-dasar pengorganisasian materi, mengaitkan berbagai gagasan, cara berfikir dan berargumen, pola perubahan dalam satu mata pelajaran, kepercayaan tentang mata pelajaran, dan kemampuan untuk mengaitkan satu gagasan dari suatu disiplin ilmu ke disiplin ilmu lainnya.

Strategi Pengajaran
          Prinsip konstruktivisme adalah inti dari filsafat pendidikan William James dan John Dewey. Konstruktivisme menekankan agar individu secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman. Menurut pandangan konstruktivisme ini, guru bukan sekedar memberi informasi, akan tetapi guru juga harus mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, merenung, dan berfikir secara kritis.
Penetapan Tujuan dan Keahlian Perencanaan Instruksional
          Guru yang efektif menentukan tujuan pengajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan itu . Dalam menyusun rencana, guru memikirkan tentang cara agar pelajaran bisa menantang sekaligus menarik.
Keahlian Manajemen Kelas
          Aspek penting lain untuk menjadikan guru efektif adalah mampu menjaga kelas tetap aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas. Guru yang efektif membangun dan mempertahankan lingkungan belajar yang efektif.
Keahlian Motivasional
          Seorang guru yang efektif tahu bahwa murid akan termotivasi saat mereka bisa memilih sesuatu yang sesuai dengan minatnya dan selalu memberi kesempatan pada muridnya untuk berfikir kreatif dan mendalam.
Keahlian Komunikasi
          Guru yang efektif menggunakan keahlian komunikasi yang baik saat mereka berbicara “dengan murid”, orang tua, administrator, dan yang lainnya. Serta tidak banyak mengkritik, memiliki gaya bahasa yang asertif bukan agresif, manipulatif, atau pasif.
Bekerja Secara Efektif Dengan Murid Dari Latar Belakang Kultur Yang Berbeda
        Seorang guru yang efektif, harus mengetahui dan memahami anak dengan latar belakang kultur yang berbeda. Guru juga harus mendorong murid untuk menjalin hubungan yang positif dengan murid yang berbeda kebudayaannya. Selain itu, guru juga harus memikirkan hal apa yang harus dilakukan agar upaya itu berhasil, membimbing murid untuk berfikir kritis tentang isu kultur,dan berusaha agar mereka mengurangi bias dan bertindak sebagai mediator kultural.
Keahlian Teknologi
          Guru yang efektif mengembangkan keahlian teknologi dan mengintegrasikan komputer ke dalam proses belajar di kelas. Guru juga harus tahu menggunakan komputer dan mengajar murid untuk menggunakan komputer untuk menulis dan berkreasi.
Komitmen dan Motivasi
          Menjadi guru yang efektif juga membutuhkan komitmen dan motivasi. Aspek ini mencakup sikap yang baik dan perhatian kepada murid. Guru juga harus mempunyai kepercayaan diri terhadap kemampuan mereka dan tidak akan membiarkan emosi negatif melunturkan motivasi mereka. 

RISET DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Pendekatan Riset Ilmiah
          Riset ilmiah adalah riset objektif, sistematis, dan dapat diuji. Riset ilmiah dilandaskan pada metode ilmiah, yakni sebuah pendekatan yang dapat dipakai untuk menemukan informasi yang akurat. Teori adalah seperangkat ide yang saling berkaitan dan koheren, yang berfungsi untuk menjelaskan dan membuat prediksi. Kemudian dengan teori akan muncul Hipotesis, yakni asumsi dan prediksi spesifik yang dapat diuji untuk mengetahui apakah teori itu benar atau tidak. 

Metode Riset
a.    Riset Deskriptif
Riset ini bertujuan mengamati dan mencatat perilaku. Riset ini, tidak dengan sendirinya bisa membuktikan apa penyebab dari suatu fenomena, tetapi bisa mengungkapkan informasi penting tentang perilaku dan sikap orang.
Observasi. Sepanjang waktu kita melihat banyak hal. Akan tetapi melihat, dua murid berinteraksi adalah berbeda dengan melihat atau mengobservasi secara ilmiah. Observasi ilmiah dilakukan dengan cara yang sistematis. Cara yang umum untuk mencatat observasi adalah menuliskannya, dengan menggunakan simbol atau ringkasan-ringkasan. Observasi bisa dilakukan di laboratorium atau di lingkungan alam. Sebuah laboratorium adalah setting terkontrol sebagai tempat memuat berbagai faktor dari dunia nyata. Dalam observasi ilmiah(naturalistic), perilaku diamati di dunia riil. Observasi partisipan adalah observasi di mana peneliti-peneliti pengamat terlibat aktif sebagai partisipan (peserta) dalam suatu aktivitas atau tempat tertentu.

Wawancara dan Kuesioner
Terkadang cara paling baik dan paling cepat untuk memperoleh informasi dari murid dan guru adalah bertanya kepada mereka. Ahli psikologi pendidikan menggunakan wawancara dan kuesioner sebagai sarana dalam melakukan riset. Kuesioner biasanya diberikan kepada individu dalam bentuk tertulis.
 
Tes Standar (standardized test)
Tes standar adalah tes dengan prosedur administrasi yang seragam. Tes ini menilai kinerja murid di domain yang berbeda-beda dan bisa untuk membandingkan kinerja murid satu dengan lainnya yang berusia sama atau tingkat yang sama di tingkat nasional.

Studi Kasus
Studi kasusu adalah kajian mendalam terhadap individu. Studi kasus sering dipakai ketika situasi yang unik dalam kehidupan seseorang tidak dapat diduplikasi, entah itu karena alasan praktis maupun etis.


Studi Etnografik
Studi etnografik adalah deskripsi mendalam dan interpretasi atas perilaku dalam suatu etnis atau kelompok kultural yang melibatkan keterlibatan langsung dengan partisipan. 

b.   Riset Korelasional
Tujuan riset ini adalah mendeskripsikan kekuatan hubungan antara dua atau lebih kejadian atau karakteristik. Riset ini berguna karena semakin kuat dua hubungan antara dua peristiwa , maka kita bisa memprediksi satu kejadian secara lebih efektif. 

c.   Riset Eksperimental
Riset Eksperimental adalah satu-satunya metode yang andal untuk menentukan hubungan sebab-akibat. Eskperimen menggunakan paling tidak satu variabel dependen dan inependen. Variabel Independen adalah faktor yang di manipulasi, yang berpengaruh, faktor eksperimental. Variabel dependen adalah faktor yang diukur dalam sebuah eksperimen. Dalam eksperimen, variabel independen terdiri dari pengalaman-pengalaman yang berbeda yang diberikan kepada satu kelompok atau lebih kemudian dimanipulasi. Kelompok eksperimental adalah kelompok kelompok yang pengalaman nya dimanipulasi. Kelompok kontrol adalah kelompok pembanding yang diperlakukan seperti kelompok eksperimental, kecuali dalam faktor yang di efek dari kondisi yang dimanipulasi. 
 
Rentang Waktu Riset
a.    Riset cross-sectional
Riset di mana data dikumpulkan dalam satu waktu.
b.   Riset longitudinal
Riset di mana individu yang sama dipelajari selama kurun waktu tertentu, biasanya beberapa tahun atau lebih.

Riset Evaluasi Program, Riset Aksi, dan Guru-sebagai-Periset
·        Riset evaluasi program adalah riset yang didesai untuk membuat keputusan tentang efektivitas program tertentu.
·        Riset  aksi adalah riset yang dipakai untuk memecahkan problem sekolah atau kelas tertentu, meningkatkan pengajaran dan strategi pendidikan lainnya, atau untuk membuat keputusan di level tertentu.
·             Guru-sebagai-periset adalah konsep yang menyatakan bahwa guru kelas dapat melakukan riset sendiri untuk meningkatkan mutu praktek pengajaran mereka.

Tantangan Riset
o   Etika
Seorang peneliti harus berhati-hati dalam memastikan kesehatan dan keamanan anak yang berpartisipasi dalam studi riset. Karena, banyak sistem sekolah dan peguruan tinggi punya dan pengawas yang mengevaluasi apakah riset yang dilakukan di sana etis atau tidak.
o   Gender
Banyak pakar gender percaya bahwa banyak pendidikan dan riset mengandung bias gender. Periset pendidikan menyatakan bahwa sudah lama perempuan diposisikan di bawah laki-laki.
o   Etnis dan Kultur
Peneliti perlu memasukkan lebih banyak anak dari keluarga etnis minoritas dalam riset psikologi pendidikan. Sebab, secara historis, anak etnis minoritas diabaikan dalam riset atau sekadar dianggap sebagai data yag kacau dan mengganggu . karena anak etnis minoritas diabaikan dalam riset sekian lama, maka ada kemungkinan lebih banyak variasi dalam kehidupan anak di dunia riil ketimbang yang ditunjukkan oleh riset di masa lalu.

Menjadi Konsumen Informasi yang Bijak Tentang Psikologi Pendidikan
*      Berhati-hatilah terhadap apa yang dilaporkan di media populer.
*     Ketahuilah cara untuk menghindari dari membuat kesimpulan tentang kebutuhan individu berdasarkan riset kelompok.
*   Kenalilah betapa gampangnya membuat generalisasi yang berlebihan untuk sampel yang kecil atau sampel klinis.
*   Berhati-hatilah karena satu studi tunggal tidak menghasilkan kesimpulan final.
*  Ingat bahwa kesimpulan sebab akibat tak bisa diambil dari studi korelasional.
*      Selalu perhatikan sumber informasi dan evaluasi kredibilitasnya.


 
/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://ani.cursors-4u.net/anime/ani-13/ani1216.cur), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */

About